
pagi ini, 24 juni 2010, setelah 3 hari pulang kampung melepas rasa kangen dg orang tua dan sahabt2 tercinta . saya kembali pulang ke bandar lampung menuju kos kecil sbgai rumah kedua slama menyelesaikan bangku kuliah yg sudah sedikit membosankan. saya naik bus antar kota way abung-rajabasa. setelah sekian lama gak menaikinya.
Bus antar kota jurusan way aubng-rajabasa,dua puluh ribu rupiah dengan sensasi yang selalu luar biasa yakni full musik dan full AC “angin cepoi cepoi”.
Sebenarnya saya bisa saja naik mobil pribadi “punya kakak q” karena kebetulan juga dia sering ke bandar lampung.Tapi saya sengaja naik bus ini,bukan cari sensasi,bukan juga karena terkena penyakit klasik:tanggal tua,tetapi saya ingin sedikit bernostalgia.
Bus kota yang lebih dominan karat daripada cat nya.
Tempat duduknya yang sudah berubah warna dari aslinya,
dan tentu saja coretan tipe-x anak-anak alay kurang kerjaan yang memenuhi dinding-dindingnya.
Bus yang dulu sebulan sekali menjadi langganan saya.
Alhamdulilah,
saya mendapatkan tempat duduk yang strategis.
sehingga AC nya tidak kalah dengan AC mobil avanza “punya kakak ku”,
iya, AC” Angin Cepoi cepoi” plus debu-debu jalanan.
Ada alasan kenapa saya memilih bus ini,bus yang bisa di bilang hampir tidak layak jalan karena kondisi yang terlihat,bukan..bukan hanya terlihat,tapi benar-benar memprihatinkan.
Banyak pelajaran yang saya dapat di sini,tidak kalah berharga dengan ilmu yang saya beli berjuta-juta disalah satu universitas Negeri di Lampung “UNILA” ,hanya dengan dua puluh ribu rupiah saja.
Dan ini cerita saya:
Baru saja 1 jam duduk di tempat duduk strategis yang sudah saya ceritakan tadi,saya disambut lagu seroja “kalau tidak salah judulnya itu” yang dibawakan dua orang pengamen versi akustikan.
Lusuh,tapi suaranya tidak seburuk penampilannya.Amazing,dengan cengkok melayu sempurna dan petikan gitar tua yang memesona(tulisan yang benar kata ibu saya) bukan mempesona (catet).
Subhanallah..Benar-benar tidak boleh melihat orang hanya dari luarnya saja,yap itu jadi pelajaran pertama.Allah menciptakan seseorang dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.Jangan buru-buru men-judge orang hanya dari tampilan luarnya saja.Pengamen itu menyimpan berjuta kelebihan dibalik segala kekurangannya.
Tidak lama kemudian,ada seorang bapak setengah baya menawarkan semacam alat untuk memotong sayur.Sepuluh ribu harganya.Namanya juga di dalam bus,semua barang bisa di tawarkan ,dari dari tahu ala bus kota sampai alat pemotong sayur.Keringat membasahi bajunya,matanya terlihat sayu,mungkin semalam tidak tidur memikirkan keluarganya.Dan di bus siang ini,nampaknya bapak ini kurang beruntung,tidak ada satupun yang membeli,saya pun tidak.Saya belum perlu alat pemotong sayur itu.Tetapi dia tetap tersenyum,santun,dan semangat menawarkan barang dagangannya.
Dan ini jadi pelajaran kedua:Jangan pernah putus asa.Allah tidak menyukai orang yang berputus asa.Jika salah satu pintu tertutup masih ada pintu-pintu lain yang terbuka,tapi sayangnya manusia banyak yang terpaku meratapi pintu yang sudah tertutup itu dan tidak melihat peluang lain.Bersabar dan berusaha.
Bapak itu berlalu,bus mulai menjalankan roda-rodanya.
dengan suara mesin yang sudah tidak terlalu nyaman di telinga.
Satu pengamen datang lagi.Kali ini anak kecil,emm kira-kira kelas 3 SD
membawa gitar kecil,membawakan lagu opick kalo ga salah.
Suaranya kecil tapi lantang,selantang dia menantang jalanan Jakarta.
Gitar kecil yang bernada,suara yang cenderung mendayu-dayu dan biasa-biasa saja.
Tetapi seperti ada sesuatu yang ingin dia sampaikan lewat lagu itu,sehingga lagunya menjadi bernyawa.
Saya yakin bukan hanya saya saja yang iba,
Kemana ibunya?Sudah makan atau kah belum anak ini?Dimana dia tinggal?
Ini pelajaran ketiga saya,saya harus bersyukur,harus lebih bersyukur.
Ketika saya seumuran dia,hari minggu,saya di rumah bercanda bersama keluarga,
tetapi dia?
Sudah memikirkan entah nanti makan apa,sudah bergelut dengan kejamnya ibu kota,berteriak menghibur penumpang bus kota termasuk saya.
Sungguh,Alhamdulillah ya Allah Engkau berikan masa kecil yang indah kepada saya.
Sudah tidak ada pengamen atau penjual lagi setelah itu,tetapi yang saya rasakan bus semakin penuh,semakin banyak penumpang yang berdiri dan menutupi sirkulasi angin yang beberapa menit yang lalu membuai saya.
Panas matahari jam 11 siang di dalam bus kota plus macet..mantap sudah!
Ada yang bingung cari kertas dari tas nya untuk kipas-kipas,ada yang kipas-kipas pake tangan sambil berdesis kesal,ada yang mengeluh,dan lain sebagainya., saya?Selama saya masih bisa merasakan panas,akan saya nikmati.Mengutuk panasnya matahri malah akan semakin menambah dasyatnya suasana bus kota,seperti di rebus hidup-hidup.Anggap saja itu sauna murah meriah 20.000 rupiah.
Jika Tuhan memberimu jeruk ubahlah menjadi sari jeruk-promod batra
Anggap saja kejadian sauna bus kota adalah buah jeruk yang sangat masam,lalu selanjutnya kitalah yang harus mengubah suasana itu seperti kita menjadikan sari jeruk,yang sudah kita beri gula sesuka kita,atau mungkin sudah di simpan dalam lemari pendingin.Dan hanya kita yang bisa melakukan itu,seperti itu pula hidup,kita mau mengeluh,mau menikmati,mau mengumpat,itu pilihan masing-masing individu.
Dan pelajaran selanjutnya:saya mau sari jeruk saja..*mulai ga nyambung :haha:
Ubahlah hal-hal yang tidak menyenangkan menjadi hal yang menyenangkan,dengan selalu mengambil sisi positif dari setiap kejadian.
Setelah melewati panas,macet,orang-orang dengan bau matahari,sampai lah saya di tempat tujuan terminal Raja basa.Mari kita ucapkan hamdalah bersama-sama..
dua puluh ribu rupiah untuk sebuah cerita dari bus antar kota .
Sungguh sangat berharga.
Sepertinya saya harus turun dan itu berarti berakhirlah juga cerita saya..